Serial Gamer Squid bukan hanya dikenal karena permainannya yang menegangkan, tetapi juga karena keberadaan karakter-karakter unik dengan peran penting yang membangun narasi kompleks. Setiap peran menaungi pesan tersirat tentang ketimpangan sosial dan kekuasaan yang menjadi tema besar dieses dalam serial. Mari kita bahas lebih detail peran-peran tersebut:

VIP

Pendapat punya suatu kelompok orang yang kaya itu sebagai pembeli tiket untuk permainan berbahaya ini. Mereka duduk di ruang mewah khusus yang dirancang sambil mengenakan topeng binatang yang mencerminkan status mereka karena kekuasaan. Orang-orang itupun tidak hanya menjadi penonton, karena mereka juga menanam taruhan pada pada orang yang mereka tebak pasti menang. Keberadaan orang-orang kaya itu memberinya dimensi moral yang mengerikan. mereka bukanlah sekedar pembeli tiket seperti biasa, tetapi juga mereka sangat terlibat dalam penderitaan manusia karena mereka merupakan “nasabah” perjudian dalam permainan Squid Game. Simbolisasi ini menusuk rasa sedih atas hidup di dunia kita, di mana ada rasa tidak adil dan perbedaan berdasarkan keuntungan ekonomi.

Ketidakpedulian para VIP terhadap kehidupan peserta membuktikan sejauh mana empati manusia dapat terkikis ketika uang dan kekuasaan menjadi segalanya. Salah satu adegan yang sangat mencolok adalah saat mereka berbicara dengan Frontman, menunjukkan bagaimana mereka melihat permainan ini hanya sebagai “bisnis yang menguntungkan”.

Frontman

Frontman adalah otak operasional permainan yang menjalankan game Squid dengan ketepatan dan disiplin. Ia selalu memakai kostum hitam keseluruhan dengan topeng pola geometris yang membuatnya terlihat misterius. Sebagai pengendali lapangan, Frontman berperan besar dalam menjaga game berjalan sesuai peraturan, mengawasi para pengawas, dan melaporkan langsung kepada VIP.

Karakter ini semakin menarik ketika identitasnya terungkap sebagai Hwang In-ho (yang diperankan oleh Lee Byung-Hun), seorang mantan pemenang game sebelumnya. Fakta ini memberikan dimensi moral yang kompleks: Bagaimana seseorang yang pernah menjadi korban akhirnya bergabung dengan sistem itu sendiri?. Pilihan hidupnya mencerminkan tema besar dalam serial ini tentang bagaimana kekuasaan mengubah seseorang menjadi alat sistem yang ia benci. Frontman menjadi simbol hierarki sosial yang kejam. Meskipun ia memiliki kontrol, ia masih tunduk pada VIP, menunjukkan bahwa bahkan di puncak kekuasaan, seseorang tetap menjadi pion dalam permainan yang lebih besar.

Penjaga Merah & Pink

Penjaga adalah tim operasional yang bertanggung jawab untuk mengawasi peserta dan menjamin aturan permainan disiplin diikuti. Mereka mengenakan seragam yang memiliki corak merah muda dan memakai topeng dengan tanda lingkaran, segitiga, atau kotak yang perlu diidentifikasi prestasi dan posisi masing-masing penjaga.

Tugas Lingkaran adalah untuk pekerjaan fisik, seperti membersihkan, mengurus mayat, dan menjaga fasilitas.Segitiga fungsi sebagai tentara bersenjata untuk menjaga keamanan dan mendelegasikan sanksi.Kotak memiliki tugas untuk memberikan perintah kepada petugas lain.

Salah satu aspek menarang dari para penjaga adalah bagaimana mereka dilepaskan dari identitas mereka yang terpisah. Tidak ada yang boleh berbicara tanpa izin, dan pelanggaran sekecil apa pun berujung pada hukuman mati. Sistem ini mencerminkan otoritarianisme di mana kontrol total menghancurkan kebebasan seseorang.

Meskipun petugas keamanan tampak tidak emosional, serial ini memberikan sinyal bahwa mereka juga merupakan bagian dari sistem yang sama-sama menindas. Mereka, seperti peserta, mungkin direkrut dari orang-orang putus asa yang tidak memiliki pilihan lain.

Perekrut/’Sales Man’

Salesman adalah pengantar untuk mengikuti games ini. Perannya dimainkan oleh Gong Yoo, yang muncul dalam adegan awal dengan membawa game colourful Bull Game. Antaranya berusaha untuk menarik perhatian orang-orang yang terjebak dalam tanggungan utang atau mengalami kesulitan keuangan, dan menawarkan mereka peluang untuk mengubah hidup dengan kontes hadiah sangat besar.

Metode rekutannya sangat manipulatif. Ia mengambil keuntungan dari rasa putus asa dengan pendekatan personal yang membuat kandidat menjadi merasa dihargai, sebelum akhirnya mereka ditelanjangi oleh permainan yang berisiko. Kehadirannya menunjukkan bagaimana sistem seperti Squid Game tidak saja kejam tetapi juga sangat terencana dalam memanfaatkan kelemahan manusia. ‘Sales Man’ juga menjadi simbol dari kekuatan mempengaruhi dalam sistem eksploitasi, memperlihatkan bagaimana sistem ini bekerja dari lapisan yang paling bawah, yaitu merekrut korban yang tidak menyadari jebakan di depan mereka.

Peserta Squid Game

Partisipan adalah inti dari Squid Game. Mereka adalah orang-orang yang berada di ambang kekalahan finansial, yang rela menanggung bahaya demi kesempatan memenangkan hadiah sebesar 45,6 miliar won. Namun, hadiah ini datang dengan harga yang sangat mahal: mereka harus melalui serangkaian permainan yang membahayakan nyawa.

Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang yang mencerminkan berbagai masalah sosial, seperti:

Seong Gi-hun (No. 456): Ayah tunggal yang terlilit utang karena kecanduan judi.Kang Sae-byeok (No. 067): Pembelot Korea Utara yang ingin menyatukan kembali keluarganya.Cho Sang-woo (No. 218): Lulusan universitas elit yang terjerat dalam skandal keuangan.Ali Abdul (No. 199): Imigran yang dieksploitasi di tempat kerja dan kesulitan menghidupi keluarganya.

Dalam serial ini, mereka mengalami perjalanan yang membuat mereka menemukan sisi gelap manusia ketika dihadapkan pada masalah hidup dan mati. Hubungan di antara mereka menunjukkan bahwa dalam situasi ekstrem, hal-hal seperti kepercayaan dan moralitas dapat diuji sampai batasnya.

Serial Squid Game tidak hanya menawarkan kesenangan, tetapi juga membuka mata kita tentang bagaimana sistem sosial dan ekonomi yang tidak adil dapat menciptakan siklus kekejaman. Melalui berbagai peran ini, kita dialihkan untuk berpikir bagaimana ketamakan dan kekuasaan bisa menciptakan dunia yang kejam, bahkan dalam bentuk permainan.

Bagikan:

Tags:

Leave a Comment